Senin, 19 Desember 2011

Ayah Perokok Picu Anak leukemia

Bahaya merokok tidak hanya menggerogoti kesehatan sang perokok tapi juga anak-anak keturunan. Salah satunya adalah potensi anak menderita leukemia (kanker darah) bila ayahnya punya hobi kebal-kebul. So, stop smoking right now!
Dalam sebuah penelitian ditemukan bahwa anak-anak yang ayahnya perokok memiliki resiko 15 persen lebih tinggi terkena kanker yang paling umum menyerang anak, yakni leukemia atau kanker darah. Tim peneliti yang dipimpin  oleh Dr Elizabeth Milne di Telethon Institute for Child Health Research di Australia, menyurvei keluarga dengan 400 orang anak yang menderita leukemia limfoblastik akut atau Acute Lymphoblastic Leukimia (ALL).

Meskipun leukemia limfoblastik akut adalah kanker anak yang paling umum menurut National Cancer Institute kanker jenis ini masih terhitung jarang karena menyerang sekitar 3-5 orang anak dari setiap 100.000 orang anak. Lebih dari 1.000 orang anak meninggal akibat penyakit ini setiap tahun.
Dr Milne dan rekan-rekannya membandingkan keluarga ini dengan keluarga dengan lebih dari 800 orang anak pada usia yang sama namun tidak menderita leukemia. Peneliti menemukan bahwa perilaku merokok pada ibu tidak berdampak pada resiko anak-anak untuk terserang kanker. Tapi pada anak-anak yang ayahnya merokok pada waktu sekitar pembuahan memiliki kemungkinan 15 persen lebih tinggi terserang leukemia. Anak-anak yang ayahnya merokok sedikitnya 20 batang per hari 44 persen lebih mungkin didiagnosis mengidap kanker.

Peningkatan resiko leukemia limfoblastik akut sebesar 15 persen akan meningkatkan jumlah kasus pada anak-anak setiap tahunnya, dari 6 orang anak di antara setiap 200.000 orang anak menjadi 7 dari 200.000 orang anak. “ temuan ini masuk akanl. Rokok penuh dengan racun, termasuk karsinogen, sehingga tidak mungkin perokok tidak mengalami kerusakan pada sel-sel yang memproduksi sperma,” kata Patricia Buffler, seorang professor di University of California, Berkeley yang tidak terlibat dalam penelitian ini.
“DNA sperma yang mengalami kerusakan masih dapat membuahi sel telur, sehingga dapat menyebabkan penyakit pada keturunannya,” kata Dr. Milne seperti dilansir FoxNews, Jum’at(16/12)2011 lalu. Namun penelitian ini tidak membuktikan bahwa merokoklah satu-satunya penyebab kerusakan DNA dalam sperma dan bertanggun jawab atas meningkatnya resiko kanker pada anak-anak.
Menurut Dr. Milne, ada banyak factor penyebab leukemia limfoblastik akut, dan temuan ini hanya menemukan hubungan dengan salah satu factor yang bekontribusi. Dia juga menambahkan bahwa temuannya tidak dimaksudkan untuk membuat orang tua merasa bersalah.

Gejalanya Demam Hingga Sesak Napas
Sebagian besar kasus leukemia tidak diketahui pasti factor penyebabnya. Radiasi, bahan racun (misalnya benzene) dan beberapa obat kemoterapi diduga berperan dalam terjadinya leukemia. Kelainan kromosom juga memegang peranan dalam terjadinya leukemia akut. Adapun factor resiko untuk leukemia akut antara lain adalah bila memiliki kakak/adik yang menderita leukemia. Pemaparan oleh radiasi (penyinaran), bahan kimia dan obat ikut memicu. adapun gejala pertama biasanya terjadi karena sumsum tulang gagal menghasilkan sel darah merah dalam jumlah yang memadai, yaitu berupa:
v  Stamina badan melemah dan sesak nafas, karena anemia (sel darah merah terlalu sedikit)
v  Infeksi dan demam karena berkurangnya jumlah sel darah putih
v  Pendarahan, karena jumlah trombosit yang terlalu sedikit.
Pada beberapa penderita, infeksi yang berat merupakan pertanda awal dari leukemia;sedangkan pada penderita lain gejalanya lebih ringan, berupa lemah,lelah dan tampak pucat. Pendarahan yang terjadi biasanya berupa perdarahan hidung, perdarahan gusi, mudah memar dan bercak-bercak keunguan di kulit. Sel-sel leukemia dalam otak bisa menyebabkan sakit kepala, muntah dan gelisah; sedangkan di dalam sumsum tulang menyebabkan nyeri tulang dan sendi. Pemeiksaan darah rutin (misalnya hitung jenis darah komplit) bisa memberikan bukti bahwa seseorang menderita leukemia. Jumlah total sel darah putih bisa berkurang, normal ataupun bertambah;tetapi jumlah sel darah merah dan trombosit hampir selalu berkurang. Sel darah putih yang belum matang (sel blast) terlihat di dalam contoh darah yang diperiksa di bawah mikroskop. Biopsi  sumsum tulang hampir selalu dilakukan untuk memperkuat diagnosis dan menentukan jenis leukemia.
Perlu Kometerapi dan Minum Obat
Proses pengobatan penderita leukemia arahnya adalah menghancurkan sel-sel leukemik  sehingga sel normal  bisa tumbuh kembali di dalam sumsum tulang. Penderita yang menjalani kemoterapi perlu dirawat di rumah sakit selama beberapa minggu, tergantung kepada respon yang ditunjukkan oleh sumsum tulang.
Sebelum sumsum tulang kembali berfungsi normal , penderita mungkin memerlukan transfuse sel darah merah untuk mengatasi anemia, transfuse trombosit untuk mengatasi perdarahan dan antibiotic untuk mengatasi infeksi. Beberapa kombinasi dari obat kemoterapi sering digunakan dan dosisnya diulang selama beberapa hari atau beberapa minggu. Suatu kombinasi terdiri dari prednisone peroral (ditelan) dan dosis mingguan dari vinkristin dengan antrasiklin atau asparaginase intravena.
Untuk mengatasi sel leukemik di otak, biasanya diberikan suntikan metotreksat langsung ke dalam cairan spinal dan terapi penyinaran ke otak. Beberapa minggu atau beberapa bulan setelah pengobatan awal yang intensif untuk menghancurkan sel leukemik, diberikan pengobatan tambahan (kemoterapi konsolidasi) untuk menghancurkan sisa-sisa sel leukemik. Pengobatan bisa berlangsung selama 2-3 tahun.( Tribun lampung ).

2 komentar: